Jumat, 31 Agustus 2012

Citra Diri Positif











Menularkan kepada anak tentang pemahaman citra'pelaku'yang senantiasa positif tadi. Anakanak harus meyakini bahwa diri mereka itu adalah anak yang baik-baik. Keyakinan itu harus terpatri kuat dalam jiwanya, hingga. menjadi dorongan yang cukup kuat untuk mempertahankan citra diri positif tersebut.

Ketika marah, orang tua jangan sampai menjatuhkan katakata keji yang menjatuhkan citra diri positifnya. Ketika anak kedapatan mengambil uang di lemari tanpa izin, jangan sampai didamprat dengan kata-kata 44 maling". Ketika mereka tidak mengerjakan PR dari sekolahnya, jangan sebut-sebut "pemalas", bebal, dan bodoh. Kata-kata itu merupakan citra diri yang negatif, yang jika sering-sering didengar anak, akhimya diyakini kebenarannya. Diam-diamdalam hatinya mereka membenarkan bahwa dirinya itu
"maling", pemalas, dan bodoh.

Pada awalnya mereka malu dengan sebutan tersebut, tapi pada tahapan tertentu mereka bahkan menjadi bangga.Bangga, disebut "maling", "bengal", dan "bodoh". Untuk itu mereka berusaha membenarkan prasngka orang tua dan orang-orang di sekitamya dengan perilaku negatif. Tingkah buruk mereka semakin menjadijadi manakala ada orang yang mengomentarinya dengan julukan yang sudah ia terima sebagai harga dirinya itu. Dalam kasus yang berat, anak tersebut justru tidak senang atau bahkan marah bila ada orang memujinya sebagai anak yang baik, penurut atau shaleh.

Itulah sebabnya sangat penting bagi orang tua untuk tidak mempunyai prasangka buruk kepada anak mereka, sebab mereka bisa membaca prasangka itu dari kata-kata yang terucap, mimik dan guratan wajah. Bahkan mereka bisa membaca lintasan hati orang tuanya.

Sumber gambar : http://annafaridaku.wordpress.com

Artikel Terkait Lainnya



0 komentar:

Posting Komentar