Rabu, 29 Agustus 2012

Berprasangka Baik Kepada Anak


Semua anak memiliki potensi kebaikan, yang baru bisa
berkembang jika memperoleh
Kepercayaan

Haris berlari-lari mengitari uangan, dari sudut keIq(Srudut, sambil sesekali meraih dan mempermainkan benda benda yang menarik baginya. Kali ini giliran sebuah kursi mungil warna merah yang semula tersernbunyi di balik
almari, menjadi sasaran permainannya. Bocah gemuk berusia 6 tahun itu pun segera mendorong kursi tersebut kesana kernari, sambii menirukan derum mobil.

Tentu saja, ulahnya itu membuat malu dan jengkel ibunya, yang sedang bertamu ke rumah tetangganya. Mulanya sang ibu membiarkan Haris bebas bertingkah, tetapi sekarang tidak. Suaranya sudah cukup mengganggu, dan si pernilik rumah pun nampak mulai terganggu dengan tingkah si anak aktif ini.

lbu pun mengancam dengan suara tinggi, "Haris, kernbalikan kursinya!" , sambil matanya tajarn menatap anak sernata wayangnya itu. Yang ditegur hanya menoleh sebentar, dan tanpa peduli segera meneruskan aktifitasnya, berimajinasi sedang mengendarai mobil. Haris, suaranya ribut sekali. Rusak nanti kursinya. Ayo
berhenti! Kembalikan!", tegur ibu untuk kedua kalinya.

Kali ini Haris benar-benar cuek, tak peduli. Bibirnya kian keras menirukan derurn mobil dan "gedubrak...." jatuhlah kursi yang ada di tangannya. Kali ini ibu sudah benar-benar naik pitam, berdiri menghampiri Haris sambil berteriak marah, "Apa ibu bilang ... berhenti Rusak kursi itu nantinya. Berdiri dan kernbalikan !"
Didamprat seperti itu tidak membuat nyali Haris surut. Dengan tajarn matanya membalas tatapan ibunya, tangannya erat mernegang kursi yang terjatuh di lantai. "Nggak! Nggak mau....!" Melihat reaksi melawan dari anaknya, ibu semakin jengkel dan berusaha mernegang tangan anak itu, "Anaknakal !". Tetapi kini si anak pun semakin marah, mengibaskan tangannya, menatap ibunya dengan pandangan marah.

Melihat suasana yang semakin panas antara ibu dengan Haris, si pernilik rumah berinisiatif menengahi. "Nggak..., Haris nggak nakal kok ya. Sudahlah Bu, biarkan saja. Haris kan anak yang bertanggung jawab. Nanti juga kalau sudah selesai bermain akan ia kernbalikan sendiri di tempatnya. Bukan begitu, Haris ?" Sungguh sebuah komentar yang sejuk, membuat Haris terperangah, emosinya mendadak sirna. Dengan tatapan aneh Haris memandang tetangganya itu, nampak sedang mernikirkan sesuatu. Ajaib, karena
sebentar kernudian anak inipun berdiri, nampak sudah lebih tenang, mengangkat kursi yang terjatuh, mendorongnya sambil matanya menatap ibunya , dan mengembalikan kursi itu ke tempatnya !

Respon positif yang ditunjukkan Haris, adalah berkat kepercayaan yang diberikan tuan rumah kepadanya. Sebutan sebagai anak yang bertanggung jawab, dan keyakinan bahwa ia akan mengembalikan kursi itu ke tempatnya seusai bermain, benar-benar membuat Haris bersemangat untuk berbuat seperti persangkaan itu. Kepercayaan yang ia terima telah menumbuhkan sebuah energi dan motivasi untuk menjaga kepercayaan tersebut

Artikel Terkait Lainnya



0 komentar:

Posting Komentar